Gaya Hidup Slow Living Dan Pembukaan Tahun Baru 2022


slow living jadi rsolusi tahun 2022 ku



Gaya Hidup Slow Living dan Pembukaan Tahun Baru 2022. Udah penghujung tahun nih, udah pasti rempong bikin resolusi dan segala macam. Termasuk saya. Tahun 2002 tentu saya bikin resolusi juga dong.

Tapi tahun 2022 saya gak bikin resolusi yang njelimet atau terkesan kudu terwujud. Saya malah menyebutnya wish list dibanding resolusi. Mengapa?

Karena tahun lalu saya bikin resolusi atas dasar kepongahan saya akan keberhasilan yang dialami sepanjang tahun 2020. Nyatanya, belum sampai garis finish 2021 saya udah digonjang ganjing ujian sejak awal tahun sampai sekarang.

Setelah ujiannya satu per satu terlewati meski dengan terseok-seok dan ngap-ngapan, saya dapat satu pencerahan. Saya ingin mengubah gaya hidup saya yang selama ini saya jalani dengan kecepatan full speed dengan konsep Slow Living. Mengapa? kok banyak tanya mengapa ya, hehehe

Jawabannya sederhana, karena saya sudah menjalani hidup dengan target dan ambisius selama ini. Endingnya, saya jadi kerja keras dan berusaha semaximal mungkin mencapai semua target lantas merasa kecewa saat gagal. Selama proses menjalani dan memenuhi target itu, saya kerja gak tau waktu dan sembrono. Akibatnya, saya jatuh sakit dan hal itu mengubah sudut pandang saya dan pilihan saya merubah gaya hidup.

Dan inilah bagaimana saya menjadikan slow living sebagai pembukaan tahun baru 2022, semoga bermanfaat ya.

Proses Menuju Gaya Hidup Slow Living


1. ODOP ICC Jadi Pembukaan Awal Tahun 2021


Pembukaan tahun baru 2021 diawali dengan bergabungnya saya dengan kegiatan ODOP komunitas emak - emak kece seantero Indonesia yaitu ICC.
Pengalaman yang luar biasa karena bisa mengenal 100 orang peserta dan membaca tulisan mereka. Saya yang gemar menulis ini belajar banyak dari mereka. Ada yang menulis hanya di Instagram saja tapi gaya bahasanya aduhai membuat saya dan ibukafa terpukau. Ada yang rajin banget nulis di blog dan share di semua sosmed. Banyak peserta yang berhasil melewati tantangan 30 hari ODOP ICC, keren lah pokonamah.
Saya sendiri malah hanya kuat ikut beberapa hari aja karena selain menulis juga rekap report dan membaca tulisan peserta. Gak sanggup nulis lagi mah, hehe.

2. Jatuh Sakit, Pembukaan Tengah Tahun Yang Memunculkan Gaya Hidup Slow Living


Saya sudah banyak share tentang sakit saya di blog dan sosmed. Dan ini emang bener - bener ujian berat bagi saya. Sakit yang mulai kambuh sejak bulan April benar - benar memporak-porandakan semua resolusi dan target 2021.
Sejak bulan April hingga sekarang, saya fokus pada proses pengobatan, operasi dan pemulihan yang ternyata membutuhkan waktu lama. Jadi bablas tuh yang namanya target dan resolusi. Gak bisa dikerjain sama sekali.
Sekarang aja nih, ketika saya masih menyusun draft tulisan ini saya masih dalam masa pemulihan. Selang cairan empedu masih nempel di perut dan masih proses pengeluaran cairan kuning dari darah dan jaringan tubuh.
Sakit ini banyak memberi saya pencerahan. Salah satunya adalah lebih melihat ke dalam, ke diri saya sendiri. Betapa saya udah dzalim sama diri sendiri dengan bikin target gak manusiawi menurut saya.
Gak masalah mau bikin target setinggi langit, tapi kalau ekspektasinya berlebihan hanya akan menghasilkan effort yang membabi buta. Karena mengejar hasil akhir, bukan menikmati proses.
Sakit juga membuat saya selalu merasa bersyukur karena dikelilingi teman, sahabat dan orang - orang baik. Alhamdulillah meski saya sakit dan ijin pamit hiatus dari dunia blogger dan komunitas, dukungan terus mengalir. Baik do'a maupun tanda support lain seperti tiba - tiba mengirim donasi ke rekening, parcel dan datang dadakan kerumah.
Mengingat semua itu, Saya gak pernah bisa berhenti bersyukur dan terkadang menangis terharu kalau ingat bahwa, saya gak sendirian melewati ujian ini.
Saya yang kehilangan seorang teman dekat karena perselisihan dan salah paham akibat ego masing - masing, masih diberikan puluhan teman lama dan baru yang tetap mendukung saya.
Ya, siapa yang tidak pernah mengalami konflik bahkan dengan teman dekat sendiri? Semua pasti pernah termasuk saya. Entah karena salah bicara, salah menulis status hingga curhatan di blog atau platform lain. Yang akhirnya menyulut emosi dan membuat pertemanan hancur. Pada akhirnya memang saling meminta maaf, tapi kadung saling kecewa dan patah hati akhirnya menjauh dan tidak berkomunikasi lagi menjadi pilihan terbaik bagi kami. Atau mungkin bagi dia.
Karena saya sih, masih mau berteman karena sudah merasa dekat dan sangat nyaman. Sekarang pun masih sering ingat dan mendoakan kesehatan juga keberhasilan dia. Tapi tidak bagi dia barangkali, sikap dan tindakan saya mungkin sudah terlalu membuat kecewa jadi dia memilih diam and do nothing. And It's oke. Mungkin ini hanya jadi bagian cerita dan penggalan kisah biar hidup lebih rame aja.
Jadi pelajaran? Bisa juga. Tapi saya menganggapnya ini jadi jalan pencerahan aja. Pertemuan kami semoga bisa menjadi batu loncatan bagi dia untuk menemukan passion dia.
Dan jadi pencerahan bagi saya untuk bisa melihat lebih dalam bentuk pertemanan dan bagaimana saya memperlakukan diri saya dan bagaimana kita bekerjasama dengan teman. Bagaimana saya merespon hal yang sebetulnya tidak saya sukai dan setuju hanya karena saya merasa gak enak. 
Dan itu kesalahan yang cukup fatal bagi saya sendiri sehingga karena masalah ini, saya membuat boundaries agar tidak lagi tersakiti karena pertemanan dan kerjasama dengan teman dekat. Seperti apa boundariesnya, baca sampai bawah ya, ada disana spill nya, hehe
Anyway, halo sahabat blogger yang selama ini support saya tiada henti. Terimakasih banyak atas supportnya yang tak terbendung Yaaa. Sahabat blogger yang saya gak bisa sebut satu - satu saking banyaknya. Support semangat yang selalu disematkan di setiap komentar di postingan feed Instagram saya bahkan selalu komen di kolom komentar artikel saya di blog.
Sungguh, kalau bukan karena kalian semua saya gak mungkin bertahan dan tetap ada di jalur blogger sampai sekarang. Karena setelah sakit yang saya alami, saya beneran berniat Hiatus dan meninggalkan dunia blogging.
Sakit juga memberikan saya sudut pandang baru terhadap pola dan gaya hidup saya. Saya yang selalu bekerja layaknya kuda, bekerja dalam kecepatan full speed dan berambisi meraih banyak hal akhirnya tersungkur dan menunduk di pojokan.
Oh, selama ini saya sudah salah dalam menjalani pola hidup. Sekarang, setelah saya mulai pulih 70% saya menyadari, saya harus mengubah pola hidup. Slow living, jadi selebrasi pembukaan tahun baru 2022 bagi saya.

Slow Living, Gaya Hidup Yang Jadi Pembukaan Tahun Baru 2022


Berawal dari rebahan terus pasca operasi selama hampir dua bulan, saya jadi menggandrungi Netflix dan channel youtube. 
Yang paling saya suka adalah serial netflix "marie kondo"  juga menonton youtube nya gitsav, somehow saya jadi menyadari banyak hal dan slow living menjadi hasil akhirnya.
Jadi apa sih slow living? semacam tren gaya hidup yang sedang hype ya? yahh bisa dibilang gitu. Gaya hidup yang jadi tren beriringan dengan konsep hidup minimalis. Tetapi, konsep gaya hidup slow living ini sesungguhnya bukanlah hal yang baru.

Memahami Gaya Hidup Slow Living


Awalnya, gaya hidup slow living muncul di negara Italia pada tahun 1980 - 1990. Konsep gaya hidup Slow living muncul diawali dengan gerakan slow food yang menekankan pada proses tradisional membuat makananan sebagai respon semakin menjamurnya fast food.
Slow Living sendiri mengadaptasi konsep slow food yang artinya menjalani hidup yang seperti makanan yang kita makan, berproses, dimakan perlahan dan dinikmati. Hasil akhirnya memberikan rasa nikmat dan kenyang. Hidup juga demikian.
Dilansir dari popbela(dot)com, seorang penulis In Praise Slowness bernama Carl Honore, menjelaskan bahwa
slow living merupakan revolusi budaya melawan konsep pernyataan bahwa hal- hal yang lebih cepat selalu lebih baik. Konsep slow living bukanlah tentang menjadi berleha-leha dan santai atau bergerak dengan kecepatan lambat. Tetapi bagaimana melakukan segala sesuatu dengan kecepatan yang tepat,efektif dan efisien. Menikmati setiap proses dari jam hingga menit dan detiknya. Slow living bicara tentang kualitas dibanding kuantitas dalam segala hal.

Dalam bahasa sunda, konsep slow living mungkin cocok dengan istilah Tong gurung gusuh atau jangan terburu-buru.

Sama halnya dengan membuat keputusan berbicara, bertindak dan merespon situasi serta keadaan. Membuat resolusi tahun 2022 termasuk didalamnya. 
Saya masih ingat, tahun lalu saya menulis resolusi 2021 karena juga terinspirasi quote nya teman blogger saya Kak Prim yaitu "Now its the best time to decide how you would like to become at the end of 2021" dengan target utamanya adalah Mom Blogger ilustrator yang sukses dalam karir dan rumah tangga tanpa mengabaikan aspek agama. Tahun 2021 saya ingin mendulang perak dan emas.
Tapi nyatanya, seperti yang saya ceritakan di atas. Maka tahun 2022 wish list saya hanya satu, Boundaries! wah ini udah beda bahasan lagi ya, hehehe. apa kaitannya antara slow living dan boundaries. Coba deh nonton video gitsav di youtube tentang boundaries agar lebih paham konsep ini. Intinya, boundaries adalah jalan bagi saya untuk menjalani slow living.

Boundaries , Pembukaan Memulai Hidup Dengan Slow Living Lifestyle


Boundaries adalah batasan. Jadi saya membuat batasan untuk diri saya sendiri dan lingkungan saya agar saya bisa menjalani hidup saya, menikmatinya dan saya bahagia.
Yaaa, inti dari mengapa saya ingin hidup dengan gaya hidup slow living adalah saya ingin bahagia. Menikmati setiap proses, tidak merasa dikejar kejar target atau keharusan sukses. Saya ingin menikmati moment, jam, menit dan setiap suasana yang saya alami setiap hari.

Karena waktu, adalah bagian dari hidup yang paling berharga.

Lebih banyak berbagi hal yang baik dengan teman, sahabat dan keluarga. Menyapa mereka lebih sering dan berkunjung lebih banyak. Menghirup udara segar lebih sering dan menerima pelukan mentari lebih sering.
Melihat bagaimana anak - anak saya tumbuh dan berkembang, menemani mereka bermain, membersamai mereka dalam belajar dan eksplorasi keingintahuan mereka. Di setiap prosesnya.
Selama ini ketika saya bekerja hal itu saya abaikan. Saya ada di dekat mereka dan mereka main di dekat saya, mengeluarkan semua mainan dan membuat rumah berantakan yang akhirnya saya maklumi karena saya sendiri bekerja mengejar deadline. Tapi, saya tidak hadir di antara mereka, anak - anak saya.
Fokus dan perhatian saya tidak sepenuhnya pada mereka. Menjawab pertanyaan mereka dengan asal sambil mata tetap ke layar monitor dan tangan di keyboard atau hp, mengabulkan permintaan mereka tergesa - gesa bahkan tidak jarang sambil marah - marah. Wah ini tidak sehat. Sangat tidak sehat. Time management saya buruk sekali.
Makanya saya buat boundaries. Apa saja boundaries yang saya buat untuk diri saya? Saya kasih spill beberapa ya.

1. Berhenti bekerja ketika badan sudah lelah


Saya sudah mencoba hal ini selama satu bulan dan saya menyukainya. Jadi biasa nih kan ya saya kalo udah kerja depan laptop gak kenal waktu dan ngantuk juga di tabrak aja. Jadi, sekarang gak gitu lagi. Kalau badan udah mulai ngos ngosan, pegel punggung, buntu ide, cape lah intinya. Ya udah stop! Gak saya terusin.
Berarti itu waktunya saya membersamai anak dan suami saya atau saya melakukan hal lain yang menyenangkan bagi saya. Apakah itu masak ( padahal gak suka suka amat sih, haha) menggambar, jajan, jalan jalan, nonton drakor atau serial Netflix, beres beres rumah sampai sikat WC dan berkebun ( padahal gak punya kebun punyanya teras aja se uprit, hihihi )
Pokoknya harus tau alarm yang badan kasih kalo udah waktunya stop! Itu batasannya. Mau itu deadline, kelas webinar atau kursus.
Seperti saya yang sekarang dengan semangat ikutan kelas SEO yang cukup ketat dan disiplin. Saya jalani dan kali ini ngomong blak blakan kenapa mau ambil kelas SEO sama pak suami, biar Jongjon alias tenang gak di warning terus kalo udah kelamaan depan monitor.
Batasannya, saya kerjain dengan fokus dan semangat tapi kalau badan dan mata udah gak bisa lanjut ya udah. Stop. Kesehatan nomer satu.
Bukan berarti gak menjalani dengan baik dan serius ya. Oh justru ini serius sekali. Akhirnya karena punya batasan itu, setiap saya mulai belajar saya fokus seratus persen pada materi dan tugas. Sesekali cek grup dan bantu teman satu kelompok.
Walaupun akhirnya tidak lolos karena gak sanggup menyelesaikan tugas Karena kelelahan, ya udah gpp. Saya gak maksain diri untuk sampai garis finish. Tapi keinginan itu jelas ada, makanya tetap dijalani.

2. Tidak ada Bergadang


Begadang udah jadi trademark para freelance kayaknya. Udah jadi hal biasa. Eh tapi gak akan jadi hal yang biasa lagi bagi saya. Oh jadi haram hukumnya bagi saya, hehe.
Kalau lagi ada kelas atau webinar, Maximal jam 10 saya harus udahan. Biar jam 11 saya sudah masuk dunia mimpi. Kalo lagi gak ada kelas, biasanya lepas isya saya sudah tidur dan bangun pas mau tahajud sekitar jam setengah 3 sampai jam 3an. Abis itu biasanya saya standby depan laptop nerusin nulis artikel atau edit edit. Dan itu, terasa enak banget ke badan dan pikiran.
Tetap belajar dan bekerja mengejar impian dan passion dengan syarat jalani dengan tanpa paksaan atas nama ambisi dan nikmati setiap proses nya. Ini ga usah dibahas ya, intinya gitu deh. Gak ada ambisi berlebih.

3. Say No bantu teman, keluarga atau orang lain kalau memang tidak sanggup.


Berkaca dari konflik saya ceritakan diatas saya bikin batasan untuk diri saya sendiri. Saya tipe people pleasure yang orang gak minta tolong aja saya udah nawarin pertolongan duluan. Awalnya emang karena ngerasa gak enak aja karena merasa gak berguna atau kikuk, tapi lama lama jadi kebiasaan tanpa beban tapi jatuhnya malah nyusahin diri sendiri. Kadang udah tau gak sanggup bahkan gak setuju dengan konsep atau ajakan tapi dijalani aja karena ngerasa gak enak
Dan endingnya yaa seperti yang dibayangkan emang. Jadi, kalau gak setuju ya bilang gak, gak sanggup ya bilang gak. Bilang sanggup dan ingin tapi kendalanya ini dan itu ya bilang dengan jelas.
Jadi sama - sama enak kan? Intinya sih komunikasi. Bahasa sundanya mah, Hade goreng ku basa, alias bagus jelek semua karena bahasa atau komunikasi.

4. No Multitasking


Ada istilah dalam bahasa sunda yang berbunyi, " sok hayang diraup kusiku" , artinya ingin segala sesuatu nya dilakukan sekali ngerjain dan semua dikerjain atau diambil. Hawek atau serakah singkatnya. Bukan hanya soal keinginan tapi juga ngerjain jobdesk. Mau itu kerjaan domestik, kerjaan di organisasi atau komunitas, di kantor dan lain sebagainya.
Kerjain semua satu per satu. Jangan sekaligus. Biar fokus, efektif, efisien dan hasilnya bener. Gak masak sambil webinar, gak nyiapin anak sambil beberes rumah, gak ngerjain artikel sambil ngezoom, gak makan sambil jalan ( eh gak boleh kata hadits, hehe )
Gak ngerjain dengan tergesa gesa. Jadi santai aja, selow my man. Yang penting tujuan , tahapan dan cara nya udah tau. Ya udah kerjain satu - satu. Pasti beres dengan hasil memuaskan. Pokoknya no Nyambi - Nyambi deh. Malah kata ahli psikolog, multitasking itu gak baik lho.
Say No masak dan ngerjain domestik ketika badan teramat lelah. Ini udah kesepakatan saya dengan pak suami dan disetujui dengan makan bakso bareng, hehe.

5. Kurangi kadar perfeksionis


Ini beneran ngebantu banget loh. Semua hal pengen dikerjain dengan sempurna malah bikin stress. Gak beres - beres. Jadi ya setelah beberes rumah masih ada kotor dikit ya gak apa apa lah toh ntar juga kotor lagi, setrikaan kurang rapi ya gpp lah gak keliatan ini, artikel gambarnya kurang kece ya gpp lah sambil selow bisa diedit, masakan kurang gurih…. Ya jangan atuh kan jadi gak nikmat. Tambahin mecin dikit lh, hehe

6. Kurangi ekspektasi


Yess. Ini boundaries nomer Wahid sih. Udah kerjain semua dengan benar dan sesuai jalur kalau hasilnya gak sesuai harapan ya udah. Gak apa apa. Jangan jadi ngotot dan malas ngapa ngapain atau jadi stress dan terpuruk. Yang penting udah usaha dan menikmati setiap prosesnya. That slow living.

7. Kurangi makan nasi


Ini gue banget sih. Secara gitu sebelum jatuh sakit porsi makan nasi gue udah mirip kuli bangunan ( tidak bermaksud underestimated suatu bidang pekerjaan ya) . Udah mirip orang yang mau kerja pake tenaga luar biasa deh. Padahal gak juga. Ternyata makan nasi berlebih dampaknya buruk sekali bagi kesehatan. Kenapa?
Makanya sekarang kalau makan nasi paling 5-6 sendok terus dibanyakin lalapannya. Entah sayur, daging atau tumisaan-nya. Terus porsi buah dibanyakin, minum juice juga. Karbo diganti apa? Kadang ngemil jagung, ubi atau Roti gandum. Endingnya sama aja yang penting badan dapet jatah Karbo.

8. Luapkan emosi dan ketidaksetujuan dengan pasangan


Ini sih kunci dari semua kunci pernikahan yang sehat versi akuuu. Hehehe. Selama ini jujur saya tuh tipe mendem. Gak mau ribet dan gak mau berantem. Udah terima aja dan jalani yang penting adem. Tapi Marisol, hati ini jadi gundah gulana dan banyak nyimpen kesel. Rasanya tuh gak enak dan malah bikin stress terus pas nonton drakor ujungnya jadi mikir, oh selama ini aku hidup dalam pernikahan tidak bahagia. Lebay dan drama banget kan? Wkwkwk
Padahal ya salah sendiri memendam perasaan gak enak. Jadi, saya mulai tuh kalau pak suami nyimpen handuk di kasur, ambil kaos paling bawah kedudut atau keambil bagian atasnya, nyimpen jaket dimana aja, nyimpen kunci sembrono, bekas makan gak di cuci sampai pak suami bilang mau nyicil FX dan gitar baru aku protes!!!
Aku bilang aku gak suka Babah kaya gini dan gitu, aku cape beresin kebiasaan jelek Babah suka naro barang dimana aja dan bla bla bla.

Termasuk waktu dia pengen beli gitar baru atau FX baru. Aku godain, " ada duitnya? Yakin mau beli? Kalo nyicil bisa bayar cicilannya? Aku gak mau ya duit ngeblog atau ngegambar aku buat gitar. Aku juga pengen dong beli emas berlian, hehehe "
Meski akhirnya dia beli juga tapi dia udah tau resikonya dan tau aku gak setuju, jadi aku ga nanggung akibatnya. Jadi pas giliran bayar cicilan dia gundah gulana, aku mah ketawa aja! Wkwkwk akhirnya dibayar juga sih karena dia ngurangin jajan bakso dan makanan enak. Nah kan jadi ada usaha, hahaha.

Kesimpulannya Adalah Bahagia


hidup selow bikin happy



Begin with the end menjadi evaluasi saya terhadap resolusi 2021. Apakah apa yang saya targetkan tahun 2021 sudah tercapai? untuk beberapa hal tercapai dan untuk yang lain tidak. Saya masih ingat betapa saya mengingkan hasil akhir yang idealis dan sempurna, menjadi momblogger ilustrator yang sukses. 
Apakah sudah sukses? entahlah, tapi rasanya mulai tercapai secara perlahan. Penghujung tahun ini saya membuat blog khusus paemting dan mengembalikan artjoka ke konsep awal yaitu blog mengenai lifestyle ilustrator yang juga seorang ibu tapi saya akan perlahan mengurangi menulis mengenai parenting atau motherhood. Sementara blog baru, mamajokaa khusus tentang parenting. 
Selain itu, akhir tahun juga saya mengikuti kelas SEO BRT Network yang artinya sudah satu langkah menuju usaha saya untuk memperdalam ilmu SEO. 
Lantas sudah waktunya kah saya berkata " i'm proud of me" seperti yang saya tulis di artikel resolusi 2021? ya tentu saja. Karena meskipun hasilnya hanya terwujud 20% - 30% saja, saya sudah bahagia karena menemukan purpose of life yang baru. 
Yess. Bahagia adalah ending dari semuanya. Bahagia dalam artian hidup dalam resonansi yang tenang, damai, adem ayem dan mengikuti bagaimana alam bekerja dan bumi berputar.
Tahun depan memang ada beberapa rencana tapi lebih kepada apa yang ingin saya lakukan. Bukan target keberhasilan. Seperti Ingin membuat teras kebun dan berbagi cerita berkebun di blog khusus, renovasi rumah ( minimal nge cat dinding lah dan ganti pintu ), ternak blog dengan tujuan cuan tentunya sebagai penghasilan tambahan, belajar lagi menjadi ilustrator dan ikut kelas intensif, membersamai Kilan yang mau masuk TK, lebih sering mengajak anak-anak edutourism ke kebun binatang, taman, hutan raya, museum, galeri seni, event musik dan naik kereta api. Lebih banyak tertawa, menari dan bernyanyi.
Lebih banyak waktu yang saya habiskan dengan pak suami sambil ngobrolin FX atau gitar terbaru, genre musik, politik yang absurd, cerita blog aku sampai ngomongin bisnis yang kadang bikin kepala cenat cenut, hehehe.
Menikmati setiap langkah, jejak dan tarikan nafas setiap hari. Menikmati memandang anak ngobrak ngabrik isi lemari dan taburin bedak ke seluruh lantai sambil geleng-geleng kepala gak abis pikir tapi itu terasa menyenangkan.

Seperti ending film drama yang indah yang ditampilkan dengan musik yang menyentuh seperti lagunya hoppipolla dari sigur ros dan scene yang melambat hingga adegan tersebut lambat laun menghilang seiring dengan semakin redupnya alunan musik hoppipolla.

Seperti itulah vibe gaya hidup slow living yang saya harapkan. Salam Tahun Baru 2022, semoga kita semua sehat selalu dan bahagia.
Salam sayang,
artjoka