JANDA CEO Part 14
I am on Your side Babe!
Pukul enam pagi, Gardin sedang menanti Maura keluar kamar. Gardin udah sholat subuh, udah mandi, udah ganteng deh. Sudah bantu Arkan juga tadi bikin nasi goreng buat rame-rame sarapan. Dulu-dulu kalau Gardin ada di Brisbane dia selalu tidur di sofa, niatnya sih biar agak drama. Siapa tahu… siapa tahu lho, Maura jadi nggak tega terus ngajak dia tidur di kamarnya. Well, sejauh ini sih itu semua hanya khayalan Gardin #ngarep. Akhirnya dia nyerah, apalagi saat winter gini, dia tidur di kamar Arkan. Arkan pun selama Gardin di Brisbane sekamar dengan Angga, karena kamar Angga memang sedikit lebih luas, dan terdapat tempat tidur bertingkat ke bawah.
Ketika Maura keluar kamar, wajahnya nggak lagi setegang semalam. Dia keluar sendirian, sepertinya Hiro masih tidur. Biar begitu, Maura membuka pintu kamarnya, kalau-kalau sang bayi terbangun. Yah, nggak bayi-bayi banget sih sudah satu tahun tujuh bulan juga.
Gardin memberikan senyum terbaiknya untuk Maura ketika Maura keluar kamar. Maura tidak membalas dengan senyuman juga, lempeng aja gitu wajahnya. Sepertinya masih sedikit kesal, walaupun nggak emosi lagi. Dia pun langsung berjalan ke dapur untuk membuat teh hangat untuk dirinya sendiri.
Gardin langsung menghampiri Maura, memeluknya dari belakang, terlihat Maura agak jengah dengan perlakuan Gardin. Hei ini ada Arkan dan Angga lho, mereka hendak sarapan juga. Sepertinya Gardin nggak perduli. “Maaf dong!” Pintanya lembut.
Maura hanya menjawab dengan senyuman.
“Aku nyerah Ra, aku akan mendukung apapun mau kamu. Tapi kembali jadi istriku ya Ra!” Pintanya lembut.
Masih dengan senyuman yang terkulum, Maura masih saja terdiam.
“Aku Mohon maaf sayang, jangan marah lagi ya. Aku bantuin deh start upkamu. Nggak lupa kan kalau suami ini kamu bergelar MBA dari Columbia?”
Halah siapa yang lupa kalau Laki-laki cerdas ini punya dua gelar master, dari NTNU, Trondheim, Norway dan Columbia University, New York, USA.
“Beneran?” Sepertinya sudah mulai menjinak nih.
“Serius sayang. Aku nggak akan mungkin bohong lagi sama kamu.” Gardin melepas pelukan belakangnya. Sekarang dia benar-benar berada di samping Maura sedikit bersender di meja kokoh di dapur itu. Terus menatap sang istri dengan tatapan yang begitu teduh.
Maura jadi salah tingkah. “Mau kopi?”
Gardin mengangguk. “Ra?” Panggilnya mesra.
“Hmm?” Masih dengan judes dan galak.
Gardin menunjuk pipi Maura dengan telunjuk tangannya. “Boleh nggak?”
Semua juga ngerti dia minta cium.
“Tapi janji bantuin start up ya!”
Lampu hijau nih, Gardin pun langsung mencium pipi Maura, memeluknya dengan begitu hangat. “Iya sayang, pasti!” Janjinya berucap sekali lagi.
Hadeuh… baekan sama istri itu enak banget ya… cium pipi aja sudah indah banget, Gardin belum berani minta lebih.
**
Gardin menepati janjinya, dan mengikuti saran Angga. Memang lebih baik terjun dan terlibat dari pada menentang. Sekarang, setelah sepenuhnya Gardin mendukung, hubungannya dengan Maura menjadi lebih baik. Walaupun Gardin sudah kembali ke Jakarta, sekarang hari-harinya dipenuhi dengan video call. Topiknya seputar usaha Maura dan perkembangan Hiro. Semua menjadi jauh lebih menyenangkan.
Ternyata membuat usaha kecil di Australia tidak sesulit yang Maura kira. Memang semua prosedur harus dijalani. Nggak ada tuh yang namanya kegiatan pengurusan administrasi bawah tangan atau main belakang. Semuanya sangat jelas dan jernih. Tapi ya memang semuanya harus dikerjakan dengan detail. Kalau semua memenuhi syarat, ijin pun mudah keluar.
Dari usaha itu dimulai, dan usaha itu berjalan. Maura pun harus mencatat segala kegiatannya dengan detail. Karena bagaimanapun ini bukan sekedar usaha, tapi juga projek penentu untuk dia bisa lulus dari masternya. Setiap bulan dia bertemu dengan supervisornya, melaporkan dan menganalisa apa yang telah terjadi. Bagi Maura projek ini begitu menyenangkan. Memang nggak mudah, tapi semuanya bisa diatasi.
Arkan dan Angga pun sangat membantu. Kegiatan mereka sejak Maura jadi ibu kantin ya, pertama, mengantar Hiro ke daycare, setelahnya Angga dan Arkan membantu Maura mensuplay kebutuhan bahan-bahan makanan yang akan diolah Maura, setelahnya mereka meninggalkan Maura di Kantin, mereka pun pergi magang di kantor pengacara. Setelahnya Maura mulai memasak di dapur kantin, pukul 11 siang dia mulai membuka stallnya, melayani pembelinya sampai pukul tiga sore, setelahnya stallnya tutup, membersihkan dapur dan semua bagian warungnya, dan tutup pukul empat sore. Dan weekend pagi dipenuhi dengan kegiatan berbelanja bahan pangan. Memang ada sih beberapa bahan yang di suplay, seperti tempe dan tahu, ada PR dari Indonesia yang memang usahanya membuat tempe dan tahu, mereka bersedia langsung mensuplay ke warung makan Maura di kantin kampus.
Gardin juga cukup banyak membantu, baik ketika dia jauh atau pun sedang di Brisbane. Gardin membantu Maura dalam me-review, membuat laporan dan analisa keuangan. Itu penting banget untuk laporan projectnya. Selain itu Gardin membantu Maura lebih pada ke teori strategic, dan analisa pasar. Semua itu sangat membantu Maura mencerna segala ilmu yang didapat dibangku sekolah dan bisa langsung ia praktekan kedalam projectnya itu.
Yang membuat warung Maura beda adalah: pertama tentunya menunya makanan Indonesia, kedua dia hanya menyajikan satu tema makanan perharinya. Contohnya nih hari senin temanya Nasi padang, artinya ada rendang, telur dadar ala padang, gulai nangka, rebusan daun singkong, dan pergedel dan sambel ala minang. Hari selasa temanya gudeg: opor ayam, opor telur, gudeg nangka, sambel krecek, tahu dan tempe bacem. Hari rabu temanya saung sunda: ayam, empal, ati-empela goreng, sayur asem, samble, lalapan dan tak lupa tempe dan tahu goreng. Begitu seterusnya. Makanya di setiap awal bulan warung Maura menyebar selebaran yang isinya menu bulan itu. Jadi ketika custumer datang mereka sudah tahu apa yang akan di hadapan mereka. Ternyata strategi penjualan seperti ini animonya sangat baik. Setiap harinya Maura menyiapkan dua ratus porsi dan selalu habis di pukul tiga sore. Alhamdulilah ya…
Selain menjadi mudah karena memasak dengan perencanaan yang baik, cara ini juga mempermudah Maura menganalisa menu apa yang menjadi favorite custumersnya. Sejauh ini menu yang menjadi favorite itu adalah tema aneka sop: sop ayam, sop iga, dan mie bakso, dan tema Nasi Padang. Akibatnya dua menu itu harus ada setiap minggunya. Tema Nasi Padang di setiap senin dan tema aneka sop di setiap hari jumat. Pelanggan Maura nggak hanya student dan staffs dari Indonesia dan Malaysia aja lho, para bule yang sering main ke Bali dan international students lainnya juga suka kok dengan makanan Indonesia. Tapi memang kalau students Indonesia itu memang hampir tiap hari mereka makan di kantinnya Maura. Sering kali pada pembeli juga memberikan saran menu apa yang sebaiknya disediakan oleh Maura, lumayan bulan depan jadi lebih beragam.
Maura pun pada akhirnya mempekerjakan beberapa student’s wifeIndonesia karena mulai kewalahan. Selain itu ia pun membutuhkan orang untuk menjaga stallnya kala ia harus bimbingan, walaupun sebulan sekali tapi tetap merupakan kegiatan rutin. Usaha kecil Maura ini benar-benar menyenangkan dan cukup menghasilkan buat Maura.
**
“Kan, Photo Kan! Jarang-jarang kan elo liat CEO ngangkut karung beras!” Angga memerintah Arkan untuk memphoto Gardin saat mengangkut sekarung yang berisi lima belas kilo beras ke stall Maura di Kampus.
Gardin kaget. “Setan lo ye, bukan bantuin gue.”
Keduanya tertawa menggoda.
“Kirim ke Bang Jason ya bang,” pinta Arkan masih dalam tawanya.
“Kasih caption gini Kan, ‘CEO yang berjuang mendapatkan cinta istrinya lagi.’” Angga menimpali.
Gardin jadi ikut tertawa dengan candaan dua anak konyol itu. “Tai…”
Angga sebenarnya juga lagi ribet, dia pun sedang mengangkut lima kilogram wortel. Sedangkan Arkan berjalan melenggang karena baru saja meletakan seledri dan daun bawang ke dapur kantin.
Arkan memperlihatkan photo yang tadi dia ambil. “Kirim ke Bang Jason ya Bang.” Dia minta persetujuan.
“Lho kalian kenal Bang Jason?” Tiba-tiba Maura ada di samping mereka.
Ketiganya agak gelagapan.
“Bang Jason pernah jadi dosen tamu di kampus S1 kita mbak.” Arkan mendadak punya ide menjawab.
“Eh iya mbak, lagi juga pengacara mana sih yang nggak kenal Jason Alam. Lawyer lulusan Columbia university gitu lho.” Angga menambahkan.
Maura tersenyum. “Bang Jason mah udah kayak prangko sama amplop tuh sama Gardin.”
“Basi dong?”
“Basi?”
“Sekarang jamannya email mbak.”
Semua tertawa mendengar candaan garing Arkan.
Maura masih tertawa “Apa dong ya kalau sekarang, Batre sama hp deh.” Sambil meninggalkan mereka menuju stallnya.
Setelah Maura menjauh Gardin pun menatap mereka tajam. “Lain kali lebih hati-hati ya! Untung tadi bisa jawab.” Gardin agak ketakutan.
“Siap bang!”
“Bang, jadi nggak kirim ke bang Jason.” Arkan masih kekeuh.
“Keren nggak photonya, kalau jelek mah jangan!” Pinta Gardin. Saat itu Gardin sedang mengenakan kaos berwarna biru dan jeans. Dia memang menggunakan pakaian seadanya karena memang niat banget kedatangannya kali ini ingin terlibat langsung di kantin Maura. Tapi pesonanya memang nggak bisa dibohongi. Dengan casual kayak begitu aja dia tetap ganteng luar biasa. Sedangkan anak buahnya kali ini malah berbalik darinya, mereka menggunakan pakaian kerja ya keren banget, karena mereka setelah ini langsung magang di kantor pengacara di City.
Angga melirik ke telepon pintar Arkan, “Keren kok bang, hot daddylah, tetep bikin semua macan (mamah cantik) Mahmud (mamah muda) mabuk kepayang.”
“Gue cuma butuh satu macan yang mengakui itu.” Gardin pun bicara sambil menatap Maura dengan penuh harap. Jaraknya cukup jauh, dua puluh meter kira-kira Maura sedang sibuk menata belanjaannya dan mempersiapkan untuk mulai memasak.
“Cie cie…yang mencoba untuk setia...”
“Cie cie… kapok ni ye…”
“Ngomong lagi… gue hajar ya!” Gardin semakin sewot dengan dua anak buahnya itu dan mencoba mengejar mereka yang sedang berlari sambil tertawa puas berlari menuju stall Maura. Hadeuh ribet banget nih ngejar-ngejar anak-anak muda itu sambil bawa karung beras. Gardin ngos-ngosan ketika sampai di dapur kantin. Setelah meletakan sekarung beras itu, dia langsung berpegangan meja sambil mengatur nafas. Sialan nih dua bocah itu.
“Sampun sepuh ya pak?” Tanya Arkan.
Hm… ada yang minta dipecat kayaknya.
_*.....Bersambung.....*_