Informasiguru_Pembalajaran Jarak Jauh masih menjadi polemik tersendiri di kalangan masyarakat. Pembicaraan tentang keluhan tiada habis rasanya.
Mulai dari anggapan bahwa PJJ tidak ramah masyrakat kalangan bawah sampai PJJ tidak bisa diterapkan untuk masyarakat desa terpencil.
Di tengah hiruk-pikuk sentimen negatif tentang PJJ yang digalakkan Nadiem Makarim itu, rupanya tidak begitu dipedulikan Ketua RT di Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Kecamatan Tanjungsiang bisa dibilang jauh dari perkotaan, karena menurut Wikipedia, letak topografinya berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.
Namun, alih-alih sibuk mengomentari kekurangan dari sistem PJJ, ketua RT yang tak mau disebutkan namanya itu memilih untuk mencarikan solusi bagi warganya.
Terutama para pelajar, agar tetap bisa belajar sekaligus mendukung gerakan pemerintah untuk #DiRumahAja.
Alasan mengapa namanya tidak mau diketahui itu sudah berdasar pada kesepakatan warga, karena tidak mau orang-orang kantor hanya ikut pansos.
Dilansir Jakbarnews.com dari akun Facebook @Wahyudiarti Setiya Ningrum dalam suatu postingannya pada Rabu, 29 Juli 2020, Ketua RT itu memberikan solusi langkah tepat guna untuk menyukseskan PJJ.
Postingan tersebut pun mendapat banyak respons positif. Terhitung sampai hari ini, sudah mendapat 2 ribu lebih like, dan hampir 4 ribu share.
Langkah yang dilakukan beliau adalah dengan memasang layanan internet prabayar di daerahnya. Untuk biayanya beliau menerapkan sistem kolektifan.
1. Satu rumah, tanpa menghitung berapa anak yang masih sekolah, wajib menabung Rp. 1.000 setiap hari.
Setiap akhir bulan, tabungan tersebut akan diambil oleh karang taruna setempat.
Di daerahnya terdapat 55 kepala keluarga, maka dalam sebulan berhasil terkumpul Rp 1.650.000.
2. Dari hasil tersebut, Rp 650.000 digunakan untuk membayar akses internet 50 mbps.
Sisa Rp 1.000.000 digunakan untuk membeli kertas beberapa rim dan tinta printer.
Jadi kalau ada tugas yang perlu di-print tidak perlu repot lagi. Lalu digunakan untuk membayar uang transportasi guru-guru yang mau mengajar di daerah tersebut.
3. Menyediakan komputer hasil dari sumbangan warga mampu di daerah tersebut.
Anak-anak yang tidak memiliki ponsel dipinjampkan dari anggota karang taruna.
Jika ada anak muda yang masih menganggur selepas lulus SMA atau kuliah mau bantu mengajar akan diberi imbalan Rp 20.000 sehari dari uang kas RT.
Dengan langkah tepat guna tersebut, mereka mampu mengondisikan keadaan dan dapat beradaptasi dengan sistem pembelajaran jarak jauh yang digagas Mendikbud untuk menekan angka korban COVID-19.
Bagi orang tua yang bekerja pun tak perlu khawatir dengan pekerjaan mereka.
Bahkan kalau ada pelajar dari daerah lain ingin bergabung pun mereka dengan tangan terbuka menyambutnya.
Dengan catatan harus mengikuti prosedur kesehatan yang sudah dibuat oleh pengurus RT.
Namun sangat disayangkan, tidak banyak influencer yang mem-follow up kisah inspiratif tersebut.
Apalagi oleh para influencer yang memiliki jutaan pengikut di berbagai media sosialnya.
Mereka lebih memilih untuk menyibukkan diri dengan teori konspirasi buatan mereka daripada menyebarluaskan kisah inspiratif ketua RT Kecamatan Tanjungsiang agar bisa menjadi teladan bagi ketua RT lainnya.
Sumber : pikiran-rakyat.com
Demikian informasi ini semoga bermanfaat, silahkan simak informasi lainnya dibawah ini.