GARUTSELATAN.INO- Ashwincarra Adalah Nama Robot terbang rakitan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM)
Berhasil menyabet juara tiga dalam sebuah perlombaan di Turki beberapa waktu lalu.
Pesawat tanpa awak itu berhasil mengungguli 345 tim lainnya.
Ketua Tim Gamaforce UGM, Ariefa Yusabih, mengatakan perjuangan mahasiswa UGM di ajang tersebut tak mudah.
Pasalnya, robot terbang 'Ashwincarra' sempat mengalami kerusakan berat saat sesi perlombaan di ronde ketiga. Kerusakan terjadi saat landing.
"Sempat mengalami hard landing karena saat itu angin bertiup cukup kencang, sehingga mengakibatkan sayap pesawat rusak,"
kata Ariefa di Lapangan Pancasila UGM.
Ujian mahasiswa UGM yang tergabung dalam Tim Gamaforce tak berhenti di situ.
Robot terbang 'Ashwincarra' kembali mengalami gangguan yakni bertabrakan di udara dengan pesawat tim lain.
Gangguan tersebut terjadi saat ronde keempat penerbangan.
Akibatnya robot terbang 'Ashwincarra' mengalami kerusakan cukup fatal di bagian sayap dan badan pesawat yang hancur.
Tim Gamaforce hanya diberikan waktu dua jam untuk memperbaiki pesawat termasuk melakukan technical inspection ulang.
"Jadi dalam dua jam Tim Gamaforce harus memasang ulang, memindahkan semua komponen elektronis pesawat ke badan pesawat cadangan, lalu memperbaiki sayap yang rusak.
Kondisi tersebut benar-benar menguras tenaga," ungkapnya.
Beruntung Tim Gamaforce UGM berhasil memperbaiki robot terbang 'Ashwincarra' tepat waktu.
Pesawat tanpa awak tersebut akhirnya berhasil melampaui berbagai rintangan. Dalam ajang tersebut Tim Gamaforce berhasil menyelesaikan lima ronde terbang.
Dalam babak final, lanjut Ariefa, robot Ashwincarra terbang bersamaan dengan sembilan pesawat tim lain.
Setiap pesawat dituntut untuk berhasil mengikuti dan mengunci lawan sekaligus harus bisa menghindar dari kunci pesawat lainnya.
"Tidak mudah untuk melakukan semua hal itu sekaligus, ditambah area terbang tidak terlalu luas sekitar 300 x 500 meter
Sehingga kemampuan pilot mengendalikan pesawat dan performa pesawat sangat menentukan, terutama saat melakukan manuver," tuturnya.
Ashwincarra merupakan UAV tipe fixed wing dengan kemampuan manuver tinggi yang mampu lepas landas, mendarat, jelajah, kemudian mendeteksi,
Mengunci dan mengikuti UAV lain baik secara manual dan mandiri menggunakan sistem kecerdasan buatan.
Dengan bobot 3,8 Kg, Ashwincarra berkecepatan 150 Km/jam yang menjadikannya unggul dalam mengejar dan menghindar dari kemungkinan terkunci oleh pesawat lain.
Ashwincarra menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia yang keluar sebagai juara.
Ashwincarra dikembangkan oleh tim Gamafroce yang terdiri dari beberapa mahasiswa dari Fakultas Teknik, MIPA serta Sekolah Vokasi UGM.
Mereka adalah Ariefa Yusabih (ketua), Fauni Ambarsari, Dwi Novarifanto, Baskara, Eko Putra Wijaya dan Ery Setiawan.
(rns/rns)
Berhasil menyabet juara tiga dalam sebuah perlombaan di Turki beberapa waktu lalu.
Perlombaan robot terbang di turki [[foto:Usman Hadi/detikINET]]
Pesawat tanpa awak itu berhasil mengungguli 345 tim lainnya.
Ketua Tim Gamaforce UGM, Ariefa Yusabih, mengatakan perjuangan mahasiswa UGM di ajang tersebut tak mudah.
Pasalnya, robot terbang 'Ashwincarra' sempat mengalami kerusakan berat saat sesi perlombaan di ronde ketiga. Kerusakan terjadi saat landing.
"Sempat mengalami hard landing karena saat itu angin bertiup cukup kencang, sehingga mengakibatkan sayap pesawat rusak,"
kata Ariefa di Lapangan Pancasila UGM.
Ujian mahasiswa UGM yang tergabung dalam Tim Gamaforce tak berhenti di situ.
Robot terbang 'Ashwincarra' kembali mengalami gangguan yakni bertabrakan di udara dengan pesawat tim lain.
Gangguan tersebut terjadi saat ronde keempat penerbangan.
Akibatnya robot terbang 'Ashwincarra' mengalami kerusakan cukup fatal di bagian sayap dan badan pesawat yang hancur.
Tim Gamaforce hanya diberikan waktu dua jam untuk memperbaiki pesawat termasuk melakukan technical inspection ulang.
"Jadi dalam dua jam Tim Gamaforce harus memasang ulang, memindahkan semua komponen elektronis pesawat ke badan pesawat cadangan, lalu memperbaiki sayap yang rusak.
Kondisi tersebut benar-benar menguras tenaga," ungkapnya.
Beruntung Tim Gamaforce UGM berhasil memperbaiki robot terbang 'Ashwincarra' tepat waktu.
Pesawat tanpa awak tersebut akhirnya berhasil melampaui berbagai rintangan. Dalam ajang tersebut Tim Gamaforce berhasil menyelesaikan lima ronde terbang.
Dalam babak final, lanjut Ariefa, robot Ashwincarra terbang bersamaan dengan sembilan pesawat tim lain.
Setiap pesawat dituntut untuk berhasil mengikuti dan mengunci lawan sekaligus harus bisa menghindar dari kunci pesawat lainnya.
"Tidak mudah untuk melakukan semua hal itu sekaligus, ditambah area terbang tidak terlalu luas sekitar 300 x 500 meter
Sehingga kemampuan pilot mengendalikan pesawat dan performa pesawat sangat menentukan, terutama saat melakukan manuver," tuturnya.
Ashwincarra merupakan UAV tipe fixed wing dengan kemampuan manuver tinggi yang mampu lepas landas, mendarat, jelajah, kemudian mendeteksi,
Mengunci dan mengikuti UAV lain baik secara manual dan mandiri menggunakan sistem kecerdasan buatan.
Dengan bobot 3,8 Kg, Ashwincarra berkecepatan 150 Km/jam yang menjadikannya unggul dalam mengejar dan menghindar dari kemungkinan terkunci oleh pesawat lain.
Ashwincarra menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia yang keluar sebagai juara.
Ashwincarra dikembangkan oleh tim Gamafroce yang terdiri dari beberapa mahasiswa dari Fakultas Teknik, MIPA serta Sekolah Vokasi UGM.
Mereka adalah Ariefa Yusabih (ketua), Fauni Ambarsari, Dwi Novarifanto, Baskara, Eko Putra Wijaya dan Ery Setiawan.
(rns/rns)