Kuliah untuk Apa?

Kuliah untuk Apa?

Pertanyaan cukup menohok dilontarkan oleh salah satu dosen yang mengajar kelas saya beberapa waktu yang lalu, "Kalian kuliah untuk apa? Untuk nilai A?".


Sebenarnya esensi yang berusaha beliau tanamkan di sela-sela kuliah hari itu adalah untuk menghindari segala bentuk kegiatan curang, katakanlah menyontek atau kalau dalam konteks kami yang hidup di lingkungan Informatika meng-copy-paste kode orang lain dalam mengerjakan tugas.

Intinya jangan hanya gara-gara mengejar nilai A, kita jadi menghalalkan berbagai cara meskipun itu harus mengubur integritas kita.

Sesungguhnya untuk masalah tindakan sontek-menyontek tidak umum terjadi di lingkungan jurusan saya. Mungkin pesan sponsor beliau itu sebagai bentuk refresh agar mahasiswanya selalu menjaga kejujuran.
Satu lagi yang saya suka dari pesan beliau. Menurut beliau setiap orang itu punya kemampuan yang jelas berbeda-beda. Katakanlah yang kerjaannya tidur mulu nilainya bagus, eh yang rajin merhatiin dosen malah nilainya jeblok. Peristiwa umum di kalangan para pembelajar. Beliau dengan jelas menyatakan akan selalu menaruh respek kepada mahasiswanya yang berusaha keras meskipun hasilnya tetap tidak cukup baik. Suatu pesan motivatif bahwa semua usaha yang dilakukan itu berharga, tidak bakal sia-sia. Can't be more agree.

Tapi lebih jauh, saya menjadi berkaca kepada diri sendiri. Saya kuliah untuk apa? Sudahkah niatan saya kuliah itu 'benar'? Saya tidak menyangkal kalau saya juga sangat mengincar huruf A di transkrip saya. Tapi setelah mendapat nilai A lalu apa? Saya bingung sendiri. Menjawab pertanyaan, "Udah bisa bikin apa?" aja saya masih belum bisa. Beneran deh, saya nggak tau saya udah bisa apa. Saya jadi mempertanyakan tujuan saya kuliah saat ini. Jangan-jangan selama kuliah kemaren saya cuma mengejar nilai. Bukannya saya melakukan hal yang nggak-nggak ya, tapi saya tidak merasa menjadi bisa sesuatu.
Kuliah untuk apa?

Tamparan buat saya. Saya bener-bener pengen bisa nggak sih? Pengen paham nggak sih? Atau ini hanya konsekuensi yang harus saya jalani karena menurut stereotip sosial sudah seharusnya di usia sekarang saya berada di bangku kuliah? Atau lebih parah lagi, apakah saya kuliah agar nanti bisa dapet kerja enak dan memperkaya diri sendiri?

Na'udzubillah.

Semoga saja niat kita dalam mengerjakan segala sesuatu merupakan niat yang benar dan lurus dari nurani. Siapa lagi yang bisa meneriakkan kebenaran dan mengubah diri kita kalau bukan nurani sendiri?