Sepenggal Kisah Adipati Engeka

Sepenggal Kisah Adipati Engeka

Ini merupakan kisah yang terjadi di Kadipaten Engeka. Sebuah Kadipaten di Kerajaan Gemah Ripah Loh Jinawi.
 
Kadipaten Engeka diperintah oleh Adipati. Sang Adipati telah memerintah hampir satu dekade lamanya. Sudah rahasia umum di kalangan rakyat Engeka bahwa sang Adipati ini bukan seorang pribadi yang luhur tindak tanduknya.

Rakyat sangatlah tau tentang cacat budi pekerti yang ada di diri Adipati. Tapi akal licik yang dimilikinya rupa-rupanya mampu menghantarkannya kembali ke singgasana kekuasaan di Kadipaten Engeka. Apa yang Adipati lakukan? Dia menciptakan boneka-boneka kepalsuan. Manusia yang sejatinya adalah boneka yang disetir Adipati. Hasilnya? Suara rakyat tidak bersatu dan Adipati tetap menancapkan kuku kekuasaannya di dataran Engeka.

Kejam. Adipati ini menekan rakyatnya. Pajak besar harus dibayar apabila ingin hidup damai aman sentosa. Tiap-tiap antek Adipati sudah siap siaga untuk mengumpulkan keping-keping upeti yang dikuras dari kantong rakyat jelata. Ingin penghidupan yang semakin layak? Bayar upetinya. Tidak bersedia? Tetaplah dalam kehidupan nista kalian. Mungkin itu kata-kata yang sesungguhnya tengah diucapkan Adipati ke rakyatnya.

Sebelumnya, ibukota kerajaan telah mengutus hulubalang untuk menangkap sang Adipati. Namun tanpa disangka, sang Adipati berhasil meyakinkan mahkamah kerajaan bahwa dirinya tidak bersalah. Lepaslah dia dari segala tuduhan hulubalang. Peruntungan belum ada di pihak hulubalang. Adipati kembali dengan langkah jumawanya. Melanjutkan titah pengumpulan upeti seperti biasa.

Belum genap setahun, Adipati kembali ketahuan berulah oleh ibukota kerajaan. Lagi-lagi hulubalang kerajaan berurusan dengannya. Kali ini hulubalang lebih sigap gerak-geriknya. Sudah terlatih rupa-rupanya. Tak kurang dari lima belas antek Adipati beserta Adipati sendiri ditangkap. Entah masih akan berlanjutkah drama kotor Adipati di Kadipaten Engeka, atau ini adalah gerbang menuju akhir dari riwayatnya di Kadipaten Engeka.

Atau justru drama ini akan dilanjutkan oleh permaisuri Adipati. Sang permaisuri mulai mendekati para patih cendekia. Memberikan pertanda bahwa permaisuri juga merupakan sosok yang cocok menggantikan Adipati, katanya, menurutnya, dan menurut para pesuruh yang diupahnya tentu saja.

Entahlah, siapa yang tahu. Yang jelas sekarang rakyat Engeka sedang berpesta pora.

Kenapa saya bisa tahu?

Karena Ibunda saya adalah rakyat Kadipaten Engeka. Beliau yang merasakan bagaiman urusan upeti ini begitu membebani dan sangat tidak sesuai dengan keyakinan yang dipegangnya. Momen peralihan kekuasaan Kadipaten Engeka adalah yang ditunggu-tunggunya.
 
Saya, penutur cerita ini, juga salah satu rakyat Kadipaten Engeka. Namun apa daya, saya yang masih mengelana jauh dari Kadipaten Engeka pun masih belum punya kuasa untuk mengubah keburukan di sana.

Hanya bisa berharap, semoga kisah ini segera mencapai babak akhirnya.

P.S.
Ini link-link berita asik: