Pengajaran dan pembelajaran di sekolah memiliki komponen sosial, emosional, dan akademis yang kuat. Bagaimana agar siswa tidak bosan dalam belajar? Pendidik harus memberikan muatan-muatan lain seperti memberi motivasi, memberi pujian, memberi jokes yang disampaikan baik secara verbal maupun nonverbal dengan ekspresi wajah yang ceria, dan memberikan senyuman yang tidak dipaksakan. Agar hal tersebut dapat dilakukan maka harus dibarengi dengan mengatur emosi ketika menghadapi berbagai macam karakter siswa yang berada dalam kelas.
Sebagaimana kita ketahui bahwa siswa yang berada dalam satu kelas sangat mungkin kemampuannya heterogen. Untuk itulah guru/pendidik juga harus mengelola manajemen stres. Selain itu, guru/pendidik juga harus menguasai keterampilan manajemen waktu, agar apa yang sudah direncanakan sebelumnya dapat dilaksanakan dengan benar. Hal tersebut untuk mendukung ketika mengajar. Bagaimana mengelola waktu dalam mengajar bukanlah hal yang mudah, apalagi jika sebelumnya tidak membuat perencanaan sama sekali.
Oleh karena itu pendidik harus sudah membuat alokasi waktu yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Komunikasi baik verbal maupun nonverbal, manajemen waktu dan manajemen stres adalah sebagian kecil dari atribut soft skills yang sebaiknya dimiliki dan dikembangkan oleh pendidik yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran.
Guru sebagai salah satu komponen dalam sistem pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa, memiliki peranan penting dalam menentukan arah dan tujuan dari suatu proses pembelajaran. Kemampuan yang dikembangkan tidak hanya ranah kognitif dan psikomotorik semata yang ditandai dengan penguasaan materi pelajaran dan keterampilan, melainkan juga ranah kepribadian siswa. Pada ranah ini siswa harus menumbuhkan rasa percaya diri sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya sendiri yakni manusia yang berkepribadian yang ungggul dan mandiri. Manusia utuh yang memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang mengenal dirinya, yang mengendalikan dirinya dengan konsisten dan memiliki rasa empati (tepo seliro).
Menurut Howard Gardner dalam bukunya yang bejudul Multiple Inteligences (1993), bahwa ada 2 kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan mengembangkan kepribadian yaitu:
- Kecerdasan Interpersonal (interpersonal Intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara dan gerak tubuh orang lain (isyarat), dan kemampuan untuk menjali relasi dan komunikasi dengan berbagai orang lain.
- Kecerdasan Intrapersonal (intrapersonal intelligence) adalah kemampuan memahami diri dan bertindak adaptif berdasarkan pengetahuan tentang diri. Kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran diri tinggi, inisiatif dan berani.
Soft skill yang diberikan kepada siswa/mahasiswa oleh guru dapat diintegrasikan dengan materi pembelajaran. Menurut Saillah (2008), materi soft skills yang perlu dikembangkan kepada para mahasiswa, tidak lain adalah penanaman sikap jujur, kemampuan berkomunikasi, dan komitmen. Untuk mengembangkan soft skills dengan pembelajaran, perlu dilakukan perencanaan yang melibatkan para guru, siswa, alumni, dan dunia kerja, untuk mengidentifikasi pengembangan soft skills yang relevan.
Menurut Sudrajat (2009), guru dalam melaksanakan pembelajaran harus memperhatikan hal-hal berikut ini: volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik; tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik; guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik; guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan kepatuhan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran; guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung; guru menghargai peserta didik tanpa memandang latar belakang agama, suku, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi; guru menghargai pendapat peserta didik; guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi; pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya; dan guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.
Setiap orang termasuk peserta didik sudah memiliki soft skills walaupun berbeda-beda. Soft skills ini dapat dikembangkan menjadi lebih baik atau bernilai (diterapkan dalam kehidupan sehari-hari) melalui proses pembelajaran. Pendidikan soft skills tidak seharusnya melalui satu mata pelajaran khusus, melainkan dintegrasikan melalui mata pelajaran yang sudah ada atau dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa.